Pages

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sunday, October 19, 2014

Konsep Fundamental akuntansi




Konsep Fundamental akuntansi
A.    PENGERTIAN
Menurut FASB kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah “a coherent ystem of interrelated objectives and fundamentals that I expected to lead to consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial accounting and reporting”
Definisi tersebut yaitu kerangka kerja konseptual akuntansi adalah suatu sistem yang koheren dimana sub-sub sistemnya adalah tujuan dan konsep fundamental yang saling terkait. Yang dimaksud :
1.      Tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan.
2.      Fundamentals adalah konsep-konsep yang mendasari akuntansi keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
B.     KEBUTUHAN KERANGKA KERJA KONSEPTUAL
1.      Agar bermanfaat, maka penetapan standar harus berlandaskan dan berhubungan dengan serangkaian tujuan dan konsep fundamental.
2.      Masalah-masalah praktis yang baru, akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu pada kerangka teori dasar yang telah ada.
C.    PERKEMBANGAN KERANGKA KONSEPTUAL
FASB (Financial Accounting Standard Board) telah menerbitkan enam statement of financial accounting concept yang berhubungan dengan pelaporan keuangan entitas bisnis, yaitu:
1.      SFAC no. 1 “objective of financial reporting by business enterprises”, yang menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
2.      SFAC no. 2 “qualitative caracteristics of accounting information”, yang menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
3.      SFAC no. 3 “element of financial statement of business enterprises”, yang memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
4.      SFAC no. 5 “recognition and measurement in financial statement of business enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta pedoman tentang informasi.
5.      SFAC no. 6 “element of financial statement”, yang menggantikan SFAC no. 3 dan memperluas SFAC no. 3 dengan memasukkan organisasi-organisasi nirlaba.
6.      SFAC no. 7 “using cash flow information and present value in accounting measurement”, yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa depan yang diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran.
D.     KERANGKA KONSEPTUAL
1.      Tingkat pertama – tujuan pelaporan keuangan
Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna :
a.       Bagi mereka yang memiliki pemahaman yang memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi yang membuat keputusan investasi serta kredit.
b.      Membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial, serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan.
c.       Tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut dan perubahan di dalamnya
APS Statement No. 4 mengklasifikasikan tujuan laporan keuangan antara lain :
a.       Tujuan Khusus
Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akutansi yang berlaku umum, posisi keuangan, hasil operasi dan perubahan-perubahan lainya dalam posisi keuangan.
b.      Tujuan Umum
1)      Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi
2)      Memberikan informasi mengenai perubahan dalam sumber daya bersih dari aktivitas perusahaan perusahaan bisnis yang diarahkan untuk memperoleh laba.
3)      Memberikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi potensi penghasilan bagi perusahaan.
4)      Memberikan informasi lain yang dibutuhkan mengenai perubahan dalam sumber daya ekonomi dan kewajiban.
5)      Mengungkap informasi lain yang relevan terhadap kebutuhan penggunaan laporan keuangan.
c.       Tujuan kualitatif
1)      Relevansi adalah pemilihan informasi yang memiliki kemungkinan paling besar untuk memberikan bantuan kepada para pengguna dalam keputusan mereka.
2)      Dapat dimengerti adalah tidak hanya informasi tersebut harus jelas, tetapi para pengguna juga harus dapat memahaminya.
3)      Dapat diverivikasi adalah hasil akutansi dapat didukung dengan pengukuran-pengukuran yang independen, dengan menggunakan metode  pengukuran yang sama.
4)      Netralisasi adalah informasi akuntansi ditunjukkan kepada kebutuhan umum dari penggunanya.
5)      Ketepatan waktu adalah komunikasi informasi secara lebih awal, untuk menghindari adanya kelambatan tertentu dalam pengambilan keputusan ekonomi.
6)      Komparabilitas ( daya banding ) adalah perbedaan yang terjadi seharusnya bukan diakibatkan oleh perbedaan perlakuan akutansi keuangan yang diterapkan.
7)      Kelengkapan adalah telah dilaporkan seluruh informasi yang secara wajar memenuhi persyaratan dari tujuan kualitas yang lain.
Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi akuntan mengandalkan laporan keuangan bertujuan-umum (general-purpose financial statement), yaitu menyediakan informasi paling bermanfaat dengan biaya minimal kepada berbagai kelompok pemakai.
2.      Tingkat dua – konsep-konsep fundamental
Karakteristik kualitatif informasi akuntansi
Agar dapat berguna dalam pengambilan keputusan, informasi akuntansi harus memiliki 2 kualitas yaitu :
a.       Kualitas primer
1)      Relevansi
Dikatakan relevan apabila informasi akuntansi mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Informasi yang relevan harus memiliki :
a)       nilai umpan balik (feed-back value), yakni mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa lalu;
b)      memiliki nilai prediktif (predictive value) yakni dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi si masa yang akan datang; serta
c)      tepat waktu (timesliness) yakni informasi harus disajikan kepada para pemakai sebelum informasi itu kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan.


2)      Keandalan
Informasi akuntansi dianggap andal jika dapat diverifikasi, netral, disajikan secara tepat serta bebas dari kesalahan dan bias (penyimpangan).
3)      Keberdayaujian (verifiability)
Informasi akuntansi harus dapat diuji kebenarannya berdasar pada keobjektifan dan konsensus.
4)      Kenetralan (neutrality)
Informasi akuntansi dimaksudkan untuk memenuhi tujuan berbagai kelompok pemakai.
5)      Kejujuran penyajian (representational faithfulness)
Penyajian yang jujur berarti adanya kesesuaian antara fakta dan informasi yang disampaikan.
b.      Kualitas sekunder
1)      Keberdayabandingan
Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat jika dapat dibandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam satu industri ( perbandingan horizontal) atau membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda (perbandingan vertikal).
2)      Konsistensi
Dikatakan konsistensi dalam menggunakan standar akuntansi apabila mengaplikasikan perlakuan akntansi (metode akuntansi) yang sama untuk kejadian-kejadian serupa, dari periode ke periode.
Kendala-kendala tercapainya kualitas informasi
a.       Pertimbangan manfaat biaya
Untuk dapat menghasilkan informasi yang relevan, andal, berdayabanding, dan konsisten dibutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena biaya dan terutama manfaat tidak mudah diukur, maka mempertimbangkan hubungan manfaat-biaya menjadi masalah.
b.      Materialitas
Berhubungan dengan dampak suatu item terhadap opersi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Suatu item dianggap material jika pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang pemakai laporan keuangan.

c.       Praktik industri
Adanya sifat unik dari sejumlah industri dan perusahaan terkadang memerlukan penyimpangan dari teori dasar. Setiap kali menemukan pelanggaran atas teori dasar, kita harus menentukan terlebih dahulu apakah pelanggaran tersebut dapat dijelaskan oleh sejumlah karakteristik unik dari industri sebelum mengkritik prosedur yang dipakai.
d.      Konservatisme
Berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil kemungkinannya dalam menghasilkan penetapan laba dan aktiva yang terlalu tinggi. Tujuannya adalah menyediakan pedoman yang paling rasional dalam situasi sulit (jangan menyajikan angka laba bersih dan aktiva bersih yang terlalu tinggi).
Elemen–elemen laporan keuangan
a.       Elemen-elemen laporan keuangan bagi organisasi yang berorientasi laba meliputi :
1)     Aktiva
6)           Laba komprehensif
2)     Kewajiban
7)           Pendapatan
3)     Ekuitas
8)           Beban
4)     Investasi oleh pemilik
9)           Keuntungan
5)     Distribusi kepada pemilik
10)       Kerugian
b.      Elemen-elemen laporan keuangan bagi organisasi nirlaba meliputi :
1)      Aktiva
2)      Kewajiban
3)      Ekuitas
4)      Pendapatan
5)      Beban
6)      Keuntungan
7)      Kerugian
Keterangan :
a.       Aktiva
Manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan, yang diperoleh atau dikendalikan oleh sebuah entitas sebagai hasil dari transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian masa lalu.
b.      Kewajiban
Pengorbanan ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan, yang timbul dari kewajiban berjalan sebuah entitas tertentu-kewajiban yang ditimbulak oleh transaksi atau kejadian masa lalu untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas-entitas lain di masa depan.
c.       Ekuitas
Kepentingan residu dalam aktiva sebuah entitas, setelah dikurangi dengan kewajibannya. Dalam sebuah entitas bisnis, ekuitas merupakan kepentingan kepemilikan.
d.      Investasi oleh Pemilik
Kenaikan aktiva bersih sebuah perusahaan yang ditimbulkan oleh transfer sesuatu yang bernilai dari entitas lain kepada perusahaan tersebut untuk mendapatkan atau menaikkan kepentingan kepemilikan. Aktiva adalah bentuk yang paling umum diterima sebagai investasi oleh pemilik, tetapi investasi ini bisa juga meliputi jasa atau kepuasan atau konversi kewajiban perusahaan.
e.       Distribusi kepada Pemilik
Penurunan aktva bersih sebuah perusahaan yang diakibatkan oleh pemindahan aktiva, penyediaan jasa, atau penciptaan kewajiban oleh perusahaan kepada pemilik. Distribusi kepada pemilik akan menurunkan kepentingan kepemilikan dalam perusahaan.
f.       Laba Komprehensif
Perubahan ekuitas (aktiva bersih) sebuah entitas selama suatu periode yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian lain yang bersumber dari pemilik. Hal ini termasuk semua prubahan ekuitas selama suatu periode kecuali perubahan yang diakibatkan oleh investasi pemilik dan didistrinusi kepada pemilik.
g.      Pendapatan
Arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau pelunasan kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa atau aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi utama perusahaan.
h.      Beban
Arus keluar atau penggunaan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau terjadinya kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa atau aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi utama perusahaan.


i.        Keuntungan
Kenaikan ekuitas (aktiva bersih) sebuah perusahaan yang ditimbulkan oleh transaksi peripheral atau insidentiil dan dari semua transaksi serta kejadian lainnya dan situasi yang mempengaruhi perusahaan selama suatu periode kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi dari pemilik.
j.        Kerugian
Penurunan ekuitas (aktiva bersih) sebuah perusahaan yang ditimbulkan oleh transaksi peripheral atau insidentiil dan dari semua transaksi serta kejadian lainnya dan situasi yang mempengaruhi perusahaan selama suatu periode kecuali yang berasal dari beban atau distribusi kepada pemilik.
3.      Tingkat tiga – pengakuan dan pengukuran
Konsep-konsep ini menjelaskan apa, kapan, dan bagaimana unsure-unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan dilaporkan oleh sistem akuntansi.
a.       Asumsi-asumsi dasar
Asumsi dasar akuntansi adalahanggapan-anggapan yang digunakan oleh para akuntan agar akuntansi dapat dipraktikkan.
1)      Asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption)
Yaitu bahwa perusahaan merupakan unit yang berdiri sendiri dan terpisah dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan (pemilik, kreditor, karyawan, dll).
2)      Kesinambungan (going concern)
Yaitu perusahaan dianggap terus beroperasi (lestari sepanjang masa).
3)      Asumsi unit moneter (monetary unit assumption)
Yaitu bahwa akuntansi menggunakan unit moneter sebagai alat pengukur uatu objek atau aktivitas perusahaan dan menganggap nilai uang adalah stabil dari waktu ke waktu.
4)      Asumsi periodisitas (periodicity assumption)
Yaitu bahwa laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam kesejahteraan perusahaan seharusnya diungkapkan secara periodik.
b.      Prinsip-prinsip dasar akuntansi
1)      Biaya historis (historical cost)
GAAP mewajibkan sebagian besar aktiva dan kewajiban diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga akuisisi. Cost memiliki keunggulan yang penting dibandingkan penilaian yang lainnya yaitu dapat diandalkan.

2)      Pengakuan pendapatan
Pendapatan diakui apabila
a)      Telah direalisasi atau dapat direalisasikan
b)      Telah dihasilkan
3)      Prinsip penandingan
Beban untuk suatu periode ditentukan dengan mengaitkannya dengan pendapatan tertentu atau dengan periode tertentu. Pengakuan beban apabila :
a)      Terdapat hubungan langung atau sebab akibat dengan penjualan produk atau penyerahan jasa,
b)      Pada periode terjadinya, yakni pada saat kas dikeluarkan jika tidak terdapat hubungan langsung atau sebab akibat dengan penjualan produk atau jasa.
c)      Dengan alokasi yang sitematis dan rasional, contoh : depresiasi.
4)      Prinsip pengungkapan penuh
Mengakui sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan trade off penilaian , seperti:
a)      Hal-hal yang harus diungkapkan karena mempengaruhi keputusan pemakai
b)      Kebutuhan untuk menyajikan secara penuh agar informasi dapat dipahami.


Wednesday, July 9, 2014

Accounting In The Life Of Art




Along with the changing times and technology, accounting were also developed in accordance with the demands of the economy and the business world. Of course, the development of accounting itself a positive impact on economic operators and all parties involved. But what happens when all the developing countries accounting for arbitrarily economic progress in their own country? Client and how to measure the progress of a business if the indicators and parameters are not the same in every country? To answer these questions, then be made to accounting standards as a benchmark for each agency in implementing accounting practices. Where required along with the development of a global accounting standards that are high quality and accounting framework based on principles that include strong professional assessment with a clear and transparent disclosure regarding the economic substance of the transaction, an explanation to reach a certain conclusion, and the related accounting transactions. Thus, users of financial statements can easily compare financial information entities across countries in different parts of the world.
Accounting has a conceptual theoretical framework on which to base the implementation of the techniques, the basic conceptual framework consists of standard (engineering, principles) and practice that has been accepted by the public because of its usefulness and kelogisannya. The standard is called the accounting standards applicable in the Indonesian Accounting Principles (GAAP) Indonesia became Statement of Financial Accounting Standards (SFAS). Being in the USA applies the General Accepted Accounting Principles (GAAP), and Accounting Principles Board Statement and the latter being FASB Statements. SAK is a guide for anyone in preparing financial statements that will be accepted by the public.
                Accounting standards, including conventions, rules, and procedures that have been prepared and approved by official agencies (Standard Setting Body) at a given time. This standard is a consensus on the time of the recording of economic resources, liabilities, capital, outcomes, costs, and changes in the form of financial statements. Transactions described in this standard what should be recorded; how to record it, and how to express them in financial statements to be presented.
            This accounting standard is an important issue in the profession and all the users who have an interest statements against him. Therefore, the mechanism accounting standard setting should be set in such a way so as to give satisfaction to all interested parties on the financial statements. This accounting standard is constantly changing and evolving with the development and the demands of society.
Can provide information about the financial position, accomplishments, and events company. Information compiled based on common accounting standards are expected to have properties of clear, consistent, reliable, and comparable. Providing guidelines and regulations for public accounting work so that they can carry out the task with caution, independent, and able to devote his expertise and honesty through the preparation of accountant after examination by the accountant.  Provide a data base to regulators on a variety of information that is considered important in the calculation of tax on corporate regulation, planning and economic arrangement, and enhancement of economic efficiency, and increased economic efficiency, and other macro objectives. Can attract the attention of experts and practitioners in the field of theory and accounting standards. The more standard is issued, the more controversy and more excited for the debate, polemics, and conduct research.

Sumber :
http://primadonakita.blogspot.com/2013/12/contoh-makalah-akuntansi-teori.html

Thursday, January 9, 2014

Tulisan 20



Tuliasan 20 - BLSM, Kita, dan Mereka

VIVAnews --Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM) atau seringkali disebut
“balsem” sebagai bagian dari program
kompensasi kenaikan harga BBM sudah mulai
dikucurkan di beberapa daerah.
Sebanyak 15,5 juta rumah tangga akan
menerima Rp150.000 per bulan selama empat
bulan, yang dikucurkan dalam dua tahap. Kritik
menyebutkan kompensasi sebesar itu terlalu
kecil. Argumennya, Rp150.000 per bulan
ekuivalen dengan Rp5.000 per hari, yang
hanya cukup untuk makan sekali seorang.
Argumen ini meskipun masuk akal,
sesungguhnya kurang tepat.
Arti Rp150.000
Pertama, 15,5 juta rumah tangga penerima
BLSM adalah rumah tangga dengan status
kesejahteraan 25 persen termiskin. Rata-rata
pengeluaran rumah tangga ini hanyalah
Rp930.000 per bulan (Susenas 2012). Ini
berarti uang BLSM mencapai 16 persen dari
belanja bulanan mereka.
Susenas juga mencatat, dalam sebulan rata-
rata Rp163.000 dibelanjakan untuk membeli 24
kilogram beras. Dengan demikian, uang BLSM
sebesar Rp150.000 dapat digunakan untuk
membeli beras guna keperluan konsumsi
hampir sebulan. Jumlah ini tentu sangat
berarti bagi rumah tangga penerima BLSM.
Kedua, BLSM dimaksudkan untuk menjaga
daya beli rumah tangga dari dampak
inflasioner kenaikan harga BBM, dengan
mengasumsikan jumlah maupun jenis barang
yang dikonsumsi tetap. Misalnya, rumah
tangga sasaran rata-rata mengkonsumsi
minyak goreng 2 liter per bulan. Harga minyak
goreng Rp11.000 per liter.
Bila kenaikan harga BBM menyebabkan harga
minyak goreng naik 10 persen, maka besarnya
kompensasi untuk minyak goreng adalah
Rp2.200 sebulan (2 x Rp1.100). Begitu juga
dengan ikan asin, yang umum dikonsumsi oleh
rumah tangga miskin.
Bila rumah tangga mengkonsumsi 6 ons ikan
teri asin per bulan, dan harga teri Rp3.000 per
ons, maka, besarnya kompensasi untuk ikan
asin adalah Rp900 sebulan ketika harga ikan
asin naik 5 persen (Rp150 per ons) akibat
BBM. Demikian seterusnya. Semua kenaikan
pengeluaran ini kemudian dijumlah
(Rp2.200+Rp900+…). Angka ini kurang
lebihnya sama dengan inflasi barang-barang
konsumsi rumah tangga miskin dikalikan rata-
rata pengeluaran bulanannya. Jumlah inilah
angka BLSM per bulan.
Jadi, dalam konsep perhitungannya, BLSM
tidak dimaksudkan untuk tambahan konsumsi
baru. Meskipun demikian, rumah tangga
penerima bisa saja mengalokasikan uang
BLSM untuk berbagai kebutuhan mereka,
seperti obat, seragam sekolah, gula pasir, atau
susu bayi.
Studi Bank Dunia dan SMERU terhadap BLT
2005 dan 2008 menemukan bahwa dana BLT
(nama lama BLSM) habis dalam waktu
seminggu untuk membeli kebutuhan pokok,
seperti beras, minyak tanah, membayar utang,
kesehatan, pendidikan, dan menambah modal.
Ketiga, Penulis yakin bahwa para pengamat,
ekonom, dan politisi di negeri ini bukanlah
bagian dari kaum papa Republik ini. Karena
itulah, bagaimana kita mempersepsikan arti
Rp150.000 akan berbeda dengan mereka, para
penerima BLSM.
Teori ekonomi meyakini bahwa tambahan uang
sejumlah tertentu akan lebih berarti bagi
mereka yang miskin daripada yang kaya
( diminishing marginal utility of money ).
Susenas misalnya, mencatat bahwa rumah
tangga 25 persen termiskin rata-rata hanya
makan telur sebutir sehari, padahal mereka
rata-rata memiliki 3 anggota keluarga.
Bahkan untuk tahu dan tempe yang kita
anggap sebagai makanan rakyat, mereka
hanya membelanjakan Rp7.200 per
minggunya. Dengan statistik ini, tampak
membelanjakan Rp5.000 sekali makan seorang
di warung adalah barang mewah bagi mereka.
Padahal bagi orang Jakarta, jumlah ini hanya
bisa untuk sekali parkir. Bagi rumah tangga
miskin, uang Rp5.000 bisa digunakan untuk
membeli setengah liter beras, untuk dua kali
makan sekeluarga—bahkan lebih, bila yang
dibeli adalah beras Raskin yang harganya
hanya Rp1.600 per kilogram.
Membuat malas?
Terkait dengan tudingan BLSM membuat
masyarakat malas, studi Bank Dunia dan
SMERU tidak menemukan bukti bahwa BLT
mengurangi total jam kerja. Masyarakat
penerima BLT umumnya tahu bahwa BLT
jumlahnya terbatas dan sifatnya sementara,
sehingga tidak mungkin menggantungkan
hidup dari BLT.
Jumlah jam kerja orang miskin memang lebih
rendah daripada jumlah jam kerja rata-rata
nasional, namun ini lebih disebabkan oleh sifat
dari pekerjaan mereka. Buruh tani misalnya,
hanya bekerja di musim tanam atau panen.
Demikian juga halnya dengan nelayan, yang
hanya melaut ketika cuaca mendukung, kuli
bangunan, buruh perkebunan, buruh angkut,
atau pekerja serabutan.
Dengan waktu kerja yang tidak tetap, ditambah
tingkat upah hariannya yang rendah (misalnya,
gaji buruh tani Rp41.000 per hari), tak heran
bila keluarga miskin seringkali berutang
sembako ke warung untuk mencukupi
kebutuhannya sehari-hari.

Sumber : Denni Puspa Purbasari, Pengajar Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta. ( us.m.news.viva.co.id/news/read/429056-blsm--kita--dan-mereka )
Analisis :
Dengan gambaran kehidupan ekonomi masyarakat bawah seperti ini, ironis bila kita
mengatakan Rp150.000 itu terlalu kecil bagi mereka. Sementara, secara terang-terangan
kita menyaksikan pada saat harga BBM akan dinaikkan, banyak mobil dan sepeda motor rela
mengantri berjam-jam demi Rp10.000 hingga Rp150.000.
Padahal para pemilik kendaraan ini tiap bulan sudah “menerima uang” subsidi BBM,
sedangkan mereka yang miskin dan tidak punya kendaraan, tidak menerima apa-apa.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More